Tanya:

Di dalam Tanbih berbahasa Indonesia, ada kalimat ‘Sabda beliau’ yang ditunjukan kepada Abah Sepuh, Apakah tidak berlebihan?

Jawab:

Perhatikan al-Quran, “Ibrahim berkata” di dalam surat Ibrahim ayat 35, “Luqman berkata” di dalam surat Ibrahim ayat 22. Semua menggunakan redaksi ‘qoola’ _untuk menunjukan satu pekerjaan yang sama, yaitu berkata. Hendaknya dipikirkan dulu apanya yang berlebihan? Dari sisi apa Anda memandang hal itu berlebihan? Siapa yang menganggap itu berlebihan? Kalau Anda memandang bahwa kata bersabda yang diberikan kepada seorang manusia biasa itu berlebihan,itu karena kebiasaan Anda berbahasa, ‘bersabda’ hanya diberikan kepada para Nabi dan Rosul. Apa maksudnya? Penghormatan dan penghargaan kepada para Nabi dan Rosul kan? Begitu juga ‘sabda beliau’ di dalam Tanbih itu digunakan sebagai penghormatan dari murid kepada Guru. Jika tidak mau, tinggalkan. Karena bisa merusak akidah. Dengan kata lain tidak boleh terlalu dipikirkan karena bisa membuat otak menjadi hancur, yang nantinya akidah pun akan ikut lenyap dengan sendirinya. Jika ada cara lain selain itu, silahkan saja. Tidak kada yang memaksa. Dan tidak ada aturannya. Yang penting bagi kita adalah peningkatan amaliah setiap harinya menuju taqarryb yang lebih maksimal lagi tentunya dengan bimbingan Mursyid. Jika alasannya adalah menyamakan posisi wali dengan nabi dan rosul, maka orang yang melakukan itu telah merusak akidahnya sendiri. Hendaknya ia melakukan syahadat kembali karena telah mencemari akidah Islamnya. Mengapa? Nabi dan Rosul tidak bisa disamakan dengan Wali atau Mursyid.

Tanya:

Bagaimana dengan panggilan ‘Abah’ kepada wakil talqin?

Jawab:

Ini masalah bahasa atau nama panggilan seseorang. Terserah kepada mereka yang mau menggunakannya, tujuannya apa dan kepada siapa. Kita tahu, banyak orang yang memakai pnggilan ‘abah’, seperti Abah Us us, nama panggilan seorang montir dengan panggilan ‘abah bengkel’ dan banyak lagi. Hal ini tidak mengurangi kemuliaan Guru saya, Abah Anom. Jangan terkecoh! Suka membaca berita?Lalu pernahkan Anda menemukan istilah ‘abah anom’ ada di daerah selain Suryalaya? Beberapa bulan yang lalu ada isu pangersa Abah telah wafat, dan ternyata ‘abah anom’ yang dimaksud adalah ‘abah anom’ selain yang di Suryalaya. Jadi yang harus diperkuat adalah keyakinan kita bahwa satu-satunya guru Mursyid kita adalah pangersa Abah Anom yang namanya Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin. Jika ada keyakinan selain itu, dengan kata lain bahwa mursyid kita saat ini ada selain beliau, maka kita sebagai murid tidaklah benar. Atau lebih parah lagi bila ada murid TQN yang menganggap wakil talqinnya sebagai mursyidnya, itu sangat tidak benar. Ingat, sejak dulu qutbu zaman hanya ada satu pada masanya.

Dalam sholat, kita wajib membaca sholawat secara khusus kepada Nabi dan Rosul. Sedangkan kepada wali, itu tidak ada. Itu saja contohnya.

Nabi dan Rosul adalah manusia-manusia puluhan yang dijadikan tumpukan syiar Islam dan sebagai model manusia ideal yang didambakan oleh Alloh dan diharapkan diikuti oleh seluruh umat manusia. Sedangkan waliyuloh adalah manusia generasi pasca kenabian dan kerosulan yang juga terpilih untuk diberi kelebihan berbeda dari manusia yang lainnya.

Sumber: Nuqthoh - 6 Mei, 2009 Hal. 40